Senin, 01 Oktober 2012

konsep sehat sakit


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Definisi Sehat Sakit
2.1.1        Definisi Sehat Sakit Menurut WHO (1947)
Sehat menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.    Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2.    Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal
3.    Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan proses. Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
2.1.2        Definisi Sehat Menurut Pender (1982)
Sehat menurut Pender adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi) perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural.
2.1.3        Definisi Sehat Perkins (1939)
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan beberapa faktor yang berusaha mempengaruhinya.
2.1.4        Definisi Sakit Menurut Pemons (1972)
sakit menurut Pemons adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
2.1.5        Definisi Sakit Menurut WHO (1974)
Sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang atau sempurna seseorang dari
aspek medis, fisik, mental, sosial, psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan tetapi juga kecacatan.


2.1.6        Definisi Sakit Menurut UU No.23, (1992)
Sakit adalah jika seseorang menderita penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatan lainnya terganggu.
2.1.7        Definisi Sehat Sakit Menurut Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga tidak terlalu krusial, yaitu :
1.         Kebutuhan Fisiologis
Contohnya : Sandang/ pakaian, pangan/ makanan, papan/ rumah dan kebutuhan biolgis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas dan sebagainya.
2.         Kebutuhan Keamanan
Contohnya : bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari teror dan sebagainya.
3.         Kebuutuhan Sosial
Contohnya : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan dari lawan jenis dan sebagainya.
4.         Kebutuhan Penghargaan
Contohnya : pujian, piagam, tanda jasa, dan sebagainya
5.         Kebutuhan Aktualisasi diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka dan sesuai dengan bakat dan minatnya.






2.2         Model sehat sakit
2.2.1         Rentang sehat sakit (kontinum)
Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat.
 Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
2.2.2        Model kesejahtraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada setiap individu utuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini mencakup kemajuan tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi, yang menjadi suatu tantangan yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal, merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif.
2.2.3        Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini, tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan yang dinamis antara ketiga variable agen, pejamu dan lingkungan.
·      Agen       
Adalah faktor internal atau eksternal yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit.
Contohnya : seseorang terkena penyakit typoid, dimana agen adalah bakteri.
·      Penjamu
Adalah seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap  penyakit atau sakit tertentu.
Contohnya :  riwayat keluarga, usia, gaya hidup

·      Lingkungan
seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal. Lingkungan sosial terdiri dari
interaksi seseorang dengan orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian pasangan.

2.3         Peningkatan kesehatan
2.3.1        Health promotion
1)        Perbaikan dan peningkatan gizi ibu dan anak
2)        Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perseorangan
3)        Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
4)        Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
5)        Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
6)        Kesempatan memperoleh hiburan
7)        Nasihat perkawinan dan pendidikan sek yang bertanggungjawab

2.3.2        General and specific protection
1)        Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu.
2)        Isolasi terhadap penderita penyakit menular
3)        Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-tempat umum dan tempat kerja
4)        Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat kasinogenik, racun, alergan.
5)        Pengendalian sumber-sumber pencemaran





2.3.3        Early diagnosis and prompt treatment
1)        Case finding
2)        Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
3)        Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu seperti kusta, TBC.
4)        Case holding
5)        Contact person
6)        Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus

2.3.4        Dissabilty limitation
1)        Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar terarah dan tidak menimbulkan komplikasi
2)        Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
3)        Perbaiakan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif

2.3.5        Rehabilitation
1)        Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat
2)        Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
3)        Mengusahakan perkampungan rahabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mengembangkan diri
4)        Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.





2.4         Pencegahan  penyakit
2.4.1        Primer
Pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental, tidak menggunakan tindakan terapetik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle, 1994). Contoh, program pendidikan kesehatan, imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik, kesegaran fisik

2.4.2        Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan atau penyakit. Dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau penyakit yang labih buruk. Dengan cara pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat untuk menghindari kondisi yang lebih parah dan memungkinkan klien kembali pada kondisi kesehatan yang normal (Pender, 1993; Edelman dan Mandle, 1994).Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah sakit atau fasilitas yang memadai. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik screening dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan.

2.4.3        Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanaen dan tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kondisi kesehatan         (Edelman dan Mandle, 1994).
Tingkat perawatan ini disebut perawatan preventif  karena didalamnya mencakup tindakan pencegahan terjadinya ketidakmampuan atau penurunan fungsi yang lebih jauh. Contoh, pemberian perawatan tersier pada klien yang telah mengalami kebutaan, tidak hanya membantu klien untuk beradaptasi dengan kecacatannya, tapi juga ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah dimasa yang akan dating (ex: terjadinya kecelakaan dirumah, dalam pengasuhan anaknya)


2.5         Tahap prilaku sakit
2.5.1        Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
2.5.2        Tahap asumsi terhadap sakit
Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan, kecemasan – konsultasi dengan orang yang dianggap lebih tahu atau pelayan kesehatan.
2.5.3        Tahap kontak dengan pelayan  kesehatan
Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta nasIhat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan datang ke yankes kembali.
2.5.4        Tahap ketergantungan
Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi support agar seseorang mengalami kemandirian.
2.5.5        Tahap penyembuhan
Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.



2.6         Faktor resiko yang mempengaruhi status kesehatan
2.6.1        Faktor genetik dan fisiologis
Faktor genetik, keturunan terhadap penyakit tertentu. Seseorang dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit diabetes militus akan berisiko untuk mengalami penyakit tersebut dikemudian hari.
Faktor resiko fisiologis mencakup fungsi tubuh secara fisik.seperti  kelebihan berat badan dan tempat yang dapat meningkatkan stress pada sisitem fisik. (Cotoh, sistem sirkulasi) dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap penyakit pada area ini.
2.6.2        Usia
Usia dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler meningkat sesuai dengan peningkatan usia untuk kedua jenis kelamin, resiko terjadinya kecacatan saat lahir dan komplikasi kehamilan meningkat pada wanita yang melahirkan setelah usia 35 tahun. 
2.6.3        Lingkungan
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat meninngkatkan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya mempunyai kemungkinan yang lebih besar terjadi pada pekerja didaerah industri yang terpajan dengan zat kimia tertentu;  polusi udara,air dan suara juga dapat menimbulkan penyakit
2.6.4        Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung faktor resiko. Contoh, makan yang berlebihan, nutrisi yang buruk, kurang tidur dan  istrahat, kebiasaan merokok dll.

1 komentar: